-->

Pengertian, Jenis dan Dimensi Ideologi

- 8/12/2017
Ideologi
Pengertian Ideologi adalah suatu pandangan atau sistem nilai yang menyeluruh dan mendalam yang mempunyai dan dipegang oleh suatu masyarakat tentang bagaimana cara yang sebaiknya, yaitu secara moral dianggap benar dan adil, mengetur tingkah laku mereka bersama dalam berbagai segi kehidupan duniawi mereka.

Akan tetapi, sebagaimana kita ketahui dalam realitanya, di dalam suatu masyarakat mempunyai berbagai macam kelompok kepentingan yang dilahirkan oleh adanya perbedaan-perbedaan sosial, ekonomi dan agama. Masing-masing kelompok sosial ini biasanya mempunyai pula pandangan atau sistem nilai tertentu yang mereka pegang sebagai landasan dalam usaha mereka untuk memajukan kepentingan-kepentingan mereka yang bersifat spesifik. Pandangan yang seperti ini mungkin dapat dianggap sebagai sub ideologi. Dengan demikian jika diteliti dengan cermat akan terlihat bahwa di dalam suatu ideologi tertentu tercermin sejumlah sub ideologi. Di sini ideologi tampak sebagai jelmaan dari hasil suatu konsensus bersama dari berbagai kelompok atau golongan kepentingan.

Professor Lowenstein mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian ideologi, Ideologi adalah suatu penyelarasan dan penggabungan pola pemikiran dan kepercayaan, atau pemikiran bertukar menjadi kepercayaan, penerangan sikap manusia tentang hidup dan kehadirannya dalam masyarakat dan mengusulkan suatu kepemimpinan dan memperseimbangkannya berdasarkan pemikiran dan kepercayaan itu.

Jenis Jenis Ideologi 

Berbicara mengenai jenis jenis ideologi, Laeyendecker mengatakan dalam sejarah sosiologi terdapat tiga jenis ideologi yang penting yang merupakan bagian dari renungan umum mengenai kehidupan sosial dan politik. Ketiga jenis ideologi itu adalah liberalisme, radikalisme dan konservatisme. Penjelasan dari ketiga jenis ideologi tersebut sebagai berikut.

1. Jenis Ideologi Liberalisme

Liberalisme merupakan salah satu dari jenis jenis ideologi. Dalam liberalisme ini, nilai tertinggi terletak pada individu atau otonom. Dalam mengembangkan kemampuanp-kemampuan manusiawi yang dimilikinya, akal mempunyai peranan yang cukup tinggi, kebebasan individu tidak boleh dihalang-halangi. Hasil yang terbaik dari manusia adalah bagaimana kita dapat menghilangkan hambatan-hambatan bagi kebebasan individu dan membiarkannya mengejar kepentingannya sendiri tanpa mendapat halangan apapun. Meskipun demikian menurut ideologi liberalisme ini, kekuasaan juga diperlukan karena manusia tidaklah sempurna. Kekuasaan itu haruslah terletak di tangan negara yang melindungi orang-orang, sehingga kebebasan mereka tidak terhambat oleh tindakan lain yang jahat.

Liberalisme ini berimplikasi adanya suatu keyakinan yang besar terhadap prestasi-prestasi manusia dan oleh karenanya dapat dimaklumi, tapi mengapa ideologi ini justru dilindungi oleh golongan menengah yang telah banyak prestasinya, terutama di bidang ekonomi. Golongan ini juga tidak mempunyai keberatan-keberatan mendasar terhadap tata masyarakat seperti yang telah berkembang sesudah zaman pertengahan.

2. Jenis Ideologi Radikalisme

Radikalisme merupakan salah satu dari jenis jenis ideologi. Kalau liberalisme mengenal dan memberikan nilai tertinggi pada kebebasan individu, maka dalam jenis ideologi radikalisme kesamaan merupakan pusatnya. Radikalisme berkembang terutama dalam konfrontasi dengan liberalisme, akan tetapi radikalisme sendiri mempunyai akar-akar yang sangat tua. Pada zaman pertengahan banyak terdapat berbagai macam gerakan-gerakan radikal yang mengadakan protes terhadap tata masyarakat, protes tersebut dilakukan karena tatanan ini ditandai oleh tidak adanya kesamaan.

Gerakan-gerakan tersebut bersifat keagamaan yang kebanyakan memperoleh pengikut-pengikut yang jumlahnya kecil di antara orang-orang miskin dan tokoh-tokoh marginal di dalam masyarakat menjelang akhir zaman pertengahan. Radikalisme ini mengkritik tajam terhadap tata masyarakat dimana terdapat begitu banyak ketidakadilan dan kemiskinan yang terjadi. Menurut radikalisme ini orang-orang kaya mempunyai kesalahan yang cukup besar. Oleh sebab itu idaklah heran jika kelompok ini sangat memusuhi para bangsawan.

3. Jenis Ideologi Konservatisme

Konservatisme merupakan salah satu dari jenis jenis ideologi. Kalau radikalisme dengan penuh harapan memandang ke masa depan yang indah, maka jenis ideologi konservatisme melihat dengan rasa nostalgia ke masa lalu. Paham ini baru timbul setelah kedua jenis ideologi di atas dibangkitkan oleh dua revolusi yang dengan sangat jelas bermaksud untuk memutuskan diri dengan masa lampau. Kaum konservatif berpandangan bahwa revolusi-revolusi itu merupakan suatu klimaks perkembangan-perkembangan yang menyedihkan yang telah berlangsung sejak menjelang akhir zaman pertengahan. Yang dimaksud kaum ini ialah pertumbuhan individualisme yang merusak, reformasi, perkembangan dari ilmu pengetahuan dan teknik, kepercayaan kepada diri sendiri yang tidak terbatas yang hanya merupakan pernyataan kecongkakan yang tidak pada tempatnya.
Kaum konservatif sama sekali tidak suka kepada masyarakat industri modern, namun terhadap masyarakat zaman pertengahan merupakan masyarakat ideal mereka. Kaum ini sangat membela segala-galanya yang ditolak oleh kaum revolusioner dan oleh para filsuf pencerahan.

Dimensi Ideologi 

Berbicara mengenai dimensi ideologi, maka akan dijelaskan di bawah ini.

(1) Dimensi ideologi yang pertama adalah pencerminan realita yang hidup dalam masyarakat di mana ia muncul untuk pertama kalinya, paling kurang realita yang terjadi pada saat-saat kelahirannya itu. Dengan kata lain, ideologi merupakan gambaran tentang sejauh mana suatu masyarakat berhasil memahami dirinya sendiri. Hal ini berarti daya tahan suatu ideologi antara lain tergantung pada tinggi atau rendahnya kemampuan intelektual mereka yang melahirkannya dalam meneliti dan menganalisa masyarakatnya secara objektif. Jika kemampuan tersebut tinggi, maka ideologi yang lahir akan mempunyai relevansi yang kuat dengan jiwa dan kehidupan masyarakatnya begitupun sebaliknya.

(2) Dimensi ideologi yang kedua ialah lukisan tentang kemampuannya memberikan harapan kepada berbagai kelompok atau golongan yang ada pada masyarakat untuk mempunyai kehidupan bersama secara lebih baik dan untuk membangun masa depan yang lebih cerah. Dimensi ideologi ini dapat disebut sebagai unsut idealisme dari ideologi. Ini berarti idealisme dapat dianggap sebagai motor penggerak yang membangkitkan hasrat anggota-anggota masyarakat untuk hidup bersama atau bersatu, menggairahkan partisipasi mereka dalam usaha-usaha bersama seperti pembangunan.

(3) Dimensi ideologi yang ketiga yaitu mencerminkan kemampuan secara ideologis dalam mempengaruhi dan sekaligus menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan perkembangan di dalam masyarakat. Mempengaruhi diartikan sebagai yang mewarnai proses perkembangan tersebut, sedangkan menyesuaikan diri diartikan bahwa mayarakat berhasil menemukan interprestasi-interprestasi baru terhadap nilai-nilai dasar atau pokok dari ideologi tersebut, dimana sesuai dengan realita-realita yang muncul dan mereka hadapi. Ini berarti bahwa nilai-nilai dasar itu seperti nasionalisme dan keadilan sosial, akan tampak selalu relevan sebagai idealisme yang wajar.

Jadi, agar lebih relevan ideologi itu tampaknya tidak perlu mempunyai fleksibilitas agar dapat melahirkan interprestasi-interprestasi baru tentang dirinya sesuai dengan perkembangan zaman. Ada atau tidak, tinggi atau rendahnya fleksibilitas ini dapat juga dipakai sebagai ukuran penting ketiga dalam melihat kualitas dan daya tahan sesuatu ideologi dalam masyarakat.

Adanya ideologi fleksibilitas di dalam suatu ideologi membuka jalan bagi generasi-generasi baru dalam masyarakat untuk mengembangkan dan memakai kemampuan intelektual mereka guna mencari atau meneliti interprestasi-interprestasi baru yang mungkin bisa diberikan terhadap nilai-nilai dasar ideologi itu dan oleh karena itu mereka mungkin akan berhasil menemukan relevansi baru dari padanya sebagai idealisme yang wajar di dalam realita baru dimana mereka berada. Melalui interprestasi-interprestasi baru, nilai-nilai dasar yang terkandung di dalam suatu ideologi akan berhasil mempengaruhi relevansi dirinya di dalam proses perubahan masyarakat yang terus berlangsung sepanjang zaman.

Sumber : 
- A. Ubaidillah, Abdul Rozak dkk, 2000. Pendidikan Kewarganegaraan (Demokrasi, HAM & Masyarakat Madani). Penerbit IAIN Jakarta Press : Jakarta.

 

Masukkan Kata Kunci Pencarian Anda di Sini